Jumat, 26 Juli 2024

Pendidikan Konservasi Berperan Penting dalam Penanganan Perdagangan Satwa Liar

Latest

- Advertisement -spot_img

Pendidikan konservasi sangat penting dalam penanganan perdagangan satwa liar ilegal. Lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi sangat diharapkan bisa memainkan peran tersebut.

Dirjen Penegakkan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani mengungkapkan salah satu pemicu perdagangan satwa liar adalah gaya hidup (life style) masyarakat.

Satwa liar kerap dijadikan peliharaan, sementara bagian-bagian tubuhnya dijadikan asesoris, pajangan, atau bahkan dikonsumsi sebagai penanda status sosial.

“Peran perguruan tinggi, CSO, dan organisasi lainnya sangat penting untuk mengubah lifestyle yang meminati satwa liar,” katanya saat Webinar Internasional Penanganan Perdagangan Satwa Liar: Pembelajaran dari Asia Tenggara, Kamis 27 Oktober 2022.

Webinar tersebut merupakan bagian Belantara Learning Series Episode 5 yang diselenggarakan oleh Belantara Foundation berkolaborasi dengan Universitas Pakuan, Universitas Nasional, Universitas Riau, Universitas Indonesia dan SCENTS.

Webinar Internasional dan Belantara Learning Series Episode 5: Penanganan Perdagangan Satwa Liar: Pembelajaran dari Asia Tenggara, Kamis 27 Oktober 2022.

Untuk memberantas perdagangan satwa liar ilegal, sepanjang tahun 2015-2022 KLHK telah melakukan 449 operasi dengan 369 kasus diantaranya sudah P21. Selain itu sebanyak 239.413 ekor satwa dan 16.002 bagian-bagian tubuh satwa berhasil diamankan.

Kegiatan penegakan hukum juga dilakukan melalui patroli siber karena banyaknya penawaran perdagangan satwa liar melalui internet. Sejauh ini telah ada 190 akun dihapus dan 22 kasus lainnya ditindaklanjuti oleh Balai Penegakan Hukum KLHK.

Rasio Ridho mengatatakan pihaknya menerapkan multi policy instrument dalam penanganan perdagangan satwa liar. Selain melakukan penindakan hukum, pihaknya juga mengawal tata kelola perdagangan dan pengelolaan hutan yang menjadi habitat satwa liar. Misalnya dengan pengendalian rantai suplai kayu dan pengawasan lembaga konservasi.

Rasio Ridho juga menegaskan pentingnya upaya pencegahan melalui penyadartahuan publik melalui pendidikan konservasi.

Rektor Universitas Pakuan Profesor Didik NotoSudjono mengatakan Indonesia perlu menjaga kekayaan keanekaragaman hayatinya salah satunya dengan menangangani perdagangan satwa liar ilegal.

Menurut dia perdagangan satwa liar perlu ditangani karena nilai kerugian yang sangat besar. Di dunia, nilai kerugian perdagangan satwa liar mencapai 23 miliar dolar AS atau setara Rp341 triliun. Nilai kerugian ada di peringkat ketiga kejahatan trans nasional di bawah narkotika dan perdagangan manusia.

“Di Indonesia nilai perputaran uang satwa liar ilegal diperkirakan mencapai Rp15 triliun,” katanya.

Didik mengatakan perguruan tinggi harus memainkan peran penting dalam penanganan perdagangan satwa liar. “Perguruan tinggi harus bisa berperan dalam mengubah perilaku masyarakat sehngga perburuan satwa liar tidak diminati,” katanya.

Dia juga mengajak insan perguruan tinggi untuk mengembangkan metode monitoring yang efektif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meminimalisasi kejahatan satwa liar.

Selain itu civitas akademika juga diajak untuk melakukan kajian-kajian akademik yang melahirkan kebijakan pemerintah yang efektif dalam perlindungan satwa liar.

Jessica Lee, Head Avian Programmes & Partnership Mandai Nature mengungkapkan bahwa wilayah Asia Tenggara saat ini menghadapi krisis dalam perdagangan burung liar.

Dia mengungkapkan untuk mengatasi persoalan itu perlu dilakukan kerja sama dengan masyarakat setempat seperti yang dilakukan oleh Mandai Nature di sejumlah lokasi di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.

Jessica juga mengatakan pentingnya pendidikan konservasi untuk menjaga dan mempertahankan populasi satwa liar. “Salah satu yang kami dukung adalah konservasi jalak bali dan jalak putih di Indonesia,” katanya.

Sementara itu Head of Environmental Investigations Agency (EIA) Debie Banks mengungkapkan terus menurunnya populasi harimau karena tingginya permintaan karena gaya hidup manusia.

“Salah satunya adalah untuk wine tulang harimau,” katanya.

Dia mengungkapkan wilayah Asia Tenggara menjadi salah satu pasar perdagangan harimau terbesar. Debie menyarakan perlunya kerja sama antara badan intelejen untuk menangani perdagangan harimau yang sudah ada di tahap mengkhawatirkan ini. ***

More Articles