Jumat, 26 Juli 2024

Optimalkan Prospek Kayu Ringan, Kemendag Gandeng Fairventures Worldwide

Latest

- Advertisement -spot_img

Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dan Fairventures Worldwide menandatangani nota kesepahaman (MoU)
pengembangan kayu ringan berkelanjutan.

Penandatanganan MoU ini merupakan bentuk komitmen Kementerian Perdagangan dalam mendukung inovasi dan kreativitas pengembangan kayu ringan, khususnya jenis sengon dan jabon.

MoU ini sekaligus merupakan langkah yang diambil Kementerian Perdagangan yang meyakini besarnya prospek kayu ringan menjadi primadona dunia di masa depan.

Penandatanganan MoU dilakukan Direktur Jenderal PEN Didi Sumedi dan CEO Fairventures Worldwide Megan King, Jumat 22 April 2022.

Selain MoU, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga menandatangani Technical Arrangement (TA) untuk menindaklanjuti MoU tersebut secara detil.

Didi mengatakan kebutuhan material kayu di pasar global terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia. Pada 2021, total perdagangan kayu tropis dunia mencapai 196,4 miliar dolar AS, sementara produksi kayu hutan tropis hanya mencapai 2,6 miliar m3.

“Sehingga pasar potensial yang belum tergali (untapped potential market) dapat dimanfaatkan oleh eksportir dan produsen kayu Indonesia,” ujar Didi.

Menurut Didi, kayu ringan telah menjadi primadona untuk diolah menggunakan teknologi dan inovasi menjadi berbagai produk yang sangat prima dan bernilai tinggi di dunia, terutama Jepang dan negara-negara di kawasan Eropa.

Namun, masih belum banyak konsumen yang mengetahui kegunaan dari kayu ringan.

“Kayu ringan berpotensi menjadi alternatif bagi kayu keras yang dihasilkan dari hutan. Di Jepang dan Eropa, kayu ringan telah menjadi primadona untuk diolah menggunakan teknologi dan inovasi menjadi berbagai produk yang sangat prima dan bernilai tinggi,” imbuh Didi.

Indonesia, lanjut Didi, merupakan salah satu lumbung kayu terbesar di dunia yang berpotensi menguasai pasar dengan memasok kayu ringan secara berkesinambungan.

Hal ini juga disesuaikan dengan selera konsumen yang menginginkan material ringan, fleksibel dalam pengaplikasiannya, ramah lingkungan, dan lestari.

Kayu ringan memiliki keunggulan, yaitu rata-rata dapat dipanen dalam kurun waktu 4-7 tahun, memberikan nilai ekonomis tinggi karena waktu tanam yang cepat, serta dengan umur tanam yang cepat juga membuat reforestasi lebih mudah dan menarik minat bagi pasar dunia.

“Sedangkan dalam berbisnis, kayu ringan merupakan sumber bahan baku yang mudah. Artinya, industri kayu ringan menjadi menarik untuk dikembangkan,” jelas Didi.

Didi juga menjelaskan, melalui penandatanganan MoU dan TA ini, akan dilakukan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Indonesia dan luar negeri.

Kegiatan tersebut antara lain mengedukasi konsumen mengenai manfaat kayu ringan, tidak hanya sebagai produk unggulan tetapi juga dapat mendukung kesejahteraan petani, ramah lingkungan, dan sumber andalan ekspor; membentuk pusat inovasi kayu ringan (lightwood innovation center); dan mengadakan pelatihan memanfaatkan kayu ringan melalui berbagai inovasi.

Selain itu, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga akan mempromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Eropa, membina 2000 petani kayu sengon dengan cakupan wilayah 2000 ha kebun sengon dan menyebarkan dua juta bibit sengon.

Dalam mewujudkan tujuan MoU ini, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga menggandeng tujuh kementerian dan pemerintah daerah. ***

More Articles