Jumat, 26 Juli 2024

Nilai Ekspor Produk Kayu Melompat 7 Persen, Catat Rekor Baru Sepanjang Sejarah

Latest

- Advertisement -spot_img

Di tengah kondisi perkeonomian global yang tidak menentu sepanjang tahun 2022 lalu, ekspor produk kayu Indonesia ternyata masih cukup moncer dan terus tumbuh.

Pembukaan pasar baru untuk pengembangan ekspor perlu terus dilakukan untuk menjaga tren positif mengingat tantangan ‘ekonomi gelap’ pada tahun 2023 yang tidak ringan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) per 18 Januari 2023, ekspor produk kayu Indonesia pada tahun 2022 mencapai 14,51 miliar dolar AS.

Raihan tersebut berarti ada kenaikan cukup tinggi dibandingkan tahun 2021 ketika nilai ekspor tercatat sebesar 13,56 miliar dolar AS. Berarti nilai ekspor pada tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 7 persen (%) secara year on year (yoy).

Untuk diketahui, nilai ekspor sebesar 14,51 miliar dolar AS pada tahun 2022 merupakan rekor baru sepanjang sejarah melewati rekor sebelumnya yang dicatat pada tahun 2021.

Nilai ekspor pada tahun 2022 merupakan kontribusi dari sejumlah produk kayu. Produk kertas memberi kontribusi terbesar dengan nilai 4,37 miliar dolar AS, naik 18,3% yoy. Disusul dengan produk bubur kayu (pulp) dengan nilai ekspor sebesar 3,73 miliar dolar AS, naik 15,1% yoy. Produk selanjutnya yang memberi kontribusi besar adalah panel kayu dengan nilai 2,86 miliar dolar AS dan furniture senilai 2,26 miliar dolar AS.

Kinerja ekspor produk kayu selaras dengan kinerja ekspor secara nasional yang tumbuh di tengah kondisi global yang menantang. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu melaporkan, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2022 mencapai 291,98 miliar dolar AS atau naik 26,07% dibanding periode yang sama pada tahun 2021.  Ekspor nonmigas mencapai 275,96 miliar dolar AS atau naik 25,80%.

Berdasarkan sektor, pada periode Januari hingga Desember 2022, ekspor hasil tambang dan lainnya mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 71,22%, diikuti kenaikan ekspor nonmigas hasil industri pengolahan 16,45% dan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan 10,52%.

Febrio juga memaparkan secara kumulatif, total surplus perdagangan periode Januari hingga Desember 2022 mencapai 54,46 miliar dolar AS, naik cukup tinggi jika dibandingkan tahun  2021 yakni 35,42 miliar dolar AS.

“Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2022 mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah yakni sebesar 54,46 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, kinerja ekspor tumbuh cukup baik sehingga mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022,” kata Febrio dalam pernyataannya, Rabu 18 Januari 2023.

Dalam pernyataan tersebut juga dijelaskan ke depan, Pemerintah akan mewaspadai risiko penurunan permintaan ekspor dari negara mitra utama dagang yakni Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, dan Jepang seiring menurunnya indeks PMI manufaktur negara negara tersebut.

Di sisi lain, Pemerintah secara paralel juga terus mengembangkan ekspor ke negara lain seperti India dan negara-negara ASEAN. ***

More Articles