Jumat, 26 Juli 2024

Konservasi Jalak Bali Dukung Pengembangan Wisata di Bali Barat, Menparekraf Ingatkan tentang Kepunahan

Latest

- Advertisement -spot_img

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendukung pengembangan pariwisata berbasis konservasi di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Dukungan itu disampaikan Sandiaga setelah menerima laporan dari Kepala Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah Krisna Kepakisan dan Bupati Jembrana I Nengah Tamba dalam rangkaian kunjungan kerjanya di kabupaten tersebut, Jumat, 30 Desember 2022.

Secara khusus, ia menyoroti dan salut terhadap konservasi jalak Bali yang terancam punah.

“Konservasi yang dilakukan terhadap Jalak Bali disini luar biasa, sehingga satwa itu terhindar dari kepunahan,” katanya.

Berdasarkan laporan yang diperoleh, awalnya di alam liar hanya tersisa enam ekor jalak Bali, sementara di penangkaran 50 ekor.

“Sekarang yang ada di alam sudah mencapai 560 ekor. Itu perkembangan yang luar biasa. Karena itu kalaupun TNBB dijadikan objek wisata, harus berbasis konservasi karena di sini ada burung langka yang dilindungi,” katanya.

Dalam laporannya, Kepala TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir perkembangbiakan jalak Bali di alam melampaui target.

“Yang di alam liar awalnya berasal dari penangkaran yang dilepaskan. Sekarang sudah mulai ada yang berkembangbiak di alam, dan jumlahnya melampaui target dan perkiraan kami,” katanya.

Untuk menjaga agar jumlahnya tidak menyusut, ia mengaku, pihaknya melakukan pengawasan ketat dengan melibatkan masyarakat.

“Kami memberikan edukasi kepada masyarakat, jika Jalak Bali itu merupakan satwa dilindungi yang terancam punah,” katanya.

Jalak Bali, kata Bupati I Nengah Tamba, merupakan ikon Kabupaten Jembrana, sehingga pihaknya sangat mendukung berbagai upaya pelestariannya.

Pada kesempatan tersebut Menteri Sandiaga S Uno juga meminta Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali menyiapkan ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Kabupaten Jembrana akan dilintasi jalan tol Denpasar-Gilimanuk yang ditargetkan selesai tahun 2025. Hal itu akan berdampak besar terhadap ekonomi dan pariwisata Jembrana, karena itu harus disiapkan ekosistemnya agar kabupaten ini siap saat jalan tol tersebut selesai,” katanya.

Menurutnya, pariwisata Jembrana selama ini terkendala jarak tempuh yang jauh dari Denpasar.

Namun dengan jalan tol, maka jarak tempuh tersebut akan terpangkas, sehingga wisatawan akan lebih mudah berkunjung ke ke daerah ini. “Kami optimistis kunjungan wisatawan ke sini akan melonjak. Karena itu semua pihak harus siap,” katanya. ***

More Articles