Upaya pemulihan ekosistem gambut di Indonesia menegaskan peran strategis pendekatan berbasis masyarakat dan kemitraan dunia usaha sebagai tulang punggung keberhasilan restorasi.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG) Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH, Edy Nugroho Santoso, dalam kegiatan sosialisasi Program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) yang digelar selama rangkaian Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Jakarta.
Menurut Edy, DMPG bukan sekadar program pemerintah, tetapi gerakan kolaboratif yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha.
Dari total target 1.521 desa, lebih dari separuh di antaranya dilaksanakan melalui kemitraan dengan sektor swasta, membuktikan pentingnya peran dunia usaha dalam menjaga ekosistem rawan seperti gambut.
“Dari 332 desa yang sudah menjalankan DMPG, hanya tiga yang masih mengalami kebakaran. Ini bukti nyata bahwa pendekatan gotong royong berhasil menekan risiko kebakaran lahan,” ujar Edy.
DMPG dijalankan dengan strategi 3R — rewetting (pembasahan kembali), revegetasi (penanaman ulang), dan revitalisasi ekonomi masyarakat.
Dengan demikian, program ini tidak hanya menargetkan pemulihan ekologis, tetapi juga menjawab tantangan sosial dan ekonomi di wilayah gambut.
Deputy Director Corporate Strategy & Relations APP Group, Iwan Setiawan, menambahkan bahwa pihaknya telah menjalankan program serupa bertajuk Desa Makmur Peduli Alam (DMPA) sejak 2015.
Inisiatif ini telah menjangkau 460 desa, memberdayakan hampir 89.000 warga, termasuk pelaku UMKM dan kelompok perempuan.
“Program ini membuktikan bahwa dengan data dan teknologi, seperti LiDAR untuk zonasi gambut, ditambah keterlibatan masyarakat, kita bisa menurunkan risiko kebakaran secara signifikan,” jelas Iwan, seraya menyebut bahwa desa bebas kebakaran dalam program APP naik drastis menjadi 90,6% pada 2024.
Kendati demikian, Iwan menggarisbawahi pentingnya penyelarasan skema Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) antarperusahaan agar kolaborasi di tingkat lanskap menjadi lebih efektif.
Ia juga menekankan perlunya koordinator lintas aktor yang menghubungkan sektor swasta, pemerintah, peneliti, donor, dan organisasi sipil.
Melalui sinergi multipihak dan dukungan masyarakat, Indonesia ditargetkan dapat menjadi rujukan global dalam restorasi ekosistem gambut yang inklusif dan berkelanjutan. ***