Jumat, 26 Juli 2024

Ekonomi Global Bergejolak, Ekspor Produk Kayu Indonesia Masih Catat Tren Positif

Latest

- Advertisement -spot_img

Saat ini ekonomi global bergejolak akibat pandemi Covid-19  berkepanjangan yang disambung dengan krisis Rusia-Ukrania.

Meski demikian, ekspor produk kayu Indonesia masih bisa mencatat hasil menggembirakan.

Hingga Juni 2022, ekspor produk kayu Indonesia tercatat sebesar 7,06 miliar dolar AS. Nilainya naik sebesar 11% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,3 miliar dolar AS.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan diolah oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) catatan ekspor hingga Juni 2022 itu sudah sebesar 52,1% jika dibandingkan total ekspor pada tahun 2021 yang sebesar 13,5 miliar dolar AS, yang merupakan rekor ekspor produk kayu Indonesia.

Kinerja ekspor hingga Juni 2022 ditopang oleh sejumlah produk kayu. 3 produk yang memberi kontributor utama adalah kertas, panel kayu dan pulp.

Produk kertas mencatat nilai ekspor sebsar 2,05 miliar dolar (naik 6,4% secara YoY), kemudian panel kayu sebesar 1,66 miliar dolar (naik 27,1% secara YoY), dan pulp sebesar 1,56 miliar dolar.

Produk yang mengalami kenaikan paling tinggi dalam catatan ekspor hingga Juni adalah Bangunan Prefabrikasi. Nilainya tercatat sebesar 1,52 juta dolar naik 76,4 secara YoY.

Sedangkan produk yang mengalami penurunan tipis adalah woodworking dimana ekspornya sebesar 528,5 juta dolar turun tipis 6,1% secara YoY.

Masih positifnya kinerja ekspor juga diimbangi dengan positifnya kinerja di sektor hulu. Produksi kayu bulat dari hutan alam, hutan tanaman, maupun Perhutani mengalami kenaikan meski tipis.

Hingga Juni 2022, produksi kayu bulat dari hutan alam sebesar 2,30 juta m3 naik sebesar 0,2% dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 2,29 juta m3.

Produksi kayu bulat dari hutan tanaman sebesar 22,44 juta m3 naik 2,2% dari 21,9 juta m3, dan produksi kayu dari Perhutani sebesar 480.964 m3 naik 7,1% dari 449.125 m3.

Catatan positif ekspor produk kayu ini patut disyukuri sekaligus diantisipasi karena saat ini gejolak ekonomi global yang mengarah ke resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan saat ini seluruh dunia memang sedang mengalami tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19, serta situasi geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi.

“Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi,” ujarnya dalam konferensi pers rangkaian Pertemuan G20 di Bali, Rabu, 13 Juli 202.

Kenaikan inflasi yang tinggi bahkan dialami pula oleh negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi. ***

More Articles