Kamis, 14 November 2024

APHI Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia, Incar Teknologi Pemanfaatan Hasil Hutan

Latest

- Advertisement -spot_img

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menjajaki kerja sama dengan pelaku usaha kehutanan Finlandia lewat fasilitasi Business Finland, unit kerja pemerintah Finlandia untuk promosi dan investasi.

APHI mengincar kerja sama di bidang pemanfaatan data satelit untuk pengukuhan kawasan hutan dan penghitungan serapan karbon, pengembangan bio produk berbasis hasil hutan, dan pemanfaatan biomassa kayu untuk energi baru dan terbarukan.

“Presiden kami, Bapak Jokowi menyerukan agar kami belajar ke Finlandia soal pemanfaatan hutan, makanya kami berharap ada kerja sama konkret yang bisa dilakukan antara pelaku usaha kehutanan Indonesia dan Finlandia,” kata Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo saat melakukan pertemuan secara online Jakarta-Helsinki dengan Senior Advisor Business Finland yang juga Konselor Kedutaan Besar Finlandia di Jakarta, Nina Jacoby, Rabu 6 April 2022.

Finlandia adalah negara maju yang ekonominya tumbuh dari sektor kehutanan. Bahkan sekitar 70% ekonomi Finlandia bersumber dari pengelolaan hutan. Sektor kehutanan Finlandia juga mampu menyerap 2,8% tenaga kerja.

Pada pertemuan yang awalnya diinisiasi oleh Kedutaan Besar Indonesia di Helsinki, Finlandia itu kedua belah pihak sepakat untuk membahas lebih lanjut tentang 3 hal.

Pertama pemanfaatan data satelit untuk pengukuhan kawasan hutan dan penghitungan serapan karbon, kedua pengembangan bio produk berbasis hasil hutan, dan ketiga pemanfaatan biomassa kayu untuk energi baru dan terbarukan.

Pada awal pertemuan Indroyono mengungkapkan keinginan untuk belajar dari Finlandia soal pemanfaatan data satelit untuk pengukuhan kawasan hutan dan penghitungan serapan karbon. 

Menurut Indroyono, berdasarkan Undang-undang Cipta Kerja dan peraturan turunannya, pemanfaatan teknologi satelit dalam pengelolaan hutan kini makin diperluas. 

“Teknologi satelit kini bisa dimanfaatkan untuk penataan batas Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan sehingga bisa menjamin kepastian kawasan dan kepastian berusaha,” kata Indroyono.

Berbagi pembelajaran dalam pemanfaatan teknologi satelit diharapkan juga bisa dilakukan dalam penghitungan cadangan karbon hutan. Menurut Indroyono hal ini penting karena Indonesia dengan Peraturan Presiden No 98 tahun 2021 sudah bersiap untuk implementasi Nilai Ekonomi Karbon.

“Kami ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman bagaimana mengukur dan memverifikasi karbon hutan dengan menggunakan satelit menyambut era carbon pricing,” katanya.

Menanggapi ajakan bekerja sama yang disampaikan Indroyono, Nina mengatakan ekonomi Finlandia memang sangat terbantu dari sektor kehutanan. Namun dia menjelaskan sudah ada pergeseran produk unggulan.

“Dulu Finlandia dikenal sebagai produsen dan eksportir produk bubur kayu dan kertas. Kini sudah tidak lagi dan produk yang dihasilkan adalah bio produk yang lebih bervariasi,” katanya.

Produk-produk baru yang kini kembangkan termasuk nanoselulosa pengganti plastik, berbagai produk kesehatan, atau produk-produk lain yang dikembangkan dengan pemikiran baru.

Nina mengatakan produk kehutanan yang dikembangkan memastikan seluruh kayu yang dipanen dimanfaatkan sehingga tidak menghasilkan limbah atau no waste.

Nina juga mengungkapkan Finlandia memanfaatkan biomassa kayu dari hutan untuk pengembangan energi terbaru. Menurut dia, lebih dari 60% energi Finlandia bersumber dari energi baru dan terbarukan dengan setengahnya memanfaatkan biomassa kayu.

Nina mengatakan pihaknya siap memfasilitasi APHI untuk berkomunikasi dengan pelaku usaha di Finlandia terkait Apa yang sudah dibahas. APHI dan Business Finland sepakat untuk melakukan pertemuan berikutnya untuk menindaklanjuti pertemuan kali ini. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles