Upaya untuk merestorasi ekosistem mangrove membutuhkan upaya bersama, termasuk sektor swasta. Aksi tersebut mendesak dilakukan untuk mencegah emisi karbon dan mengendalikan perubahan iklim.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan Satyawan Pudyatmoko mengatakan, dengan upaya pemulihan, mangrove di Indonesia tetap terancam mengalami degradasi hingga 12.000 hektare per tahun. Tanpa upaya pemulihan, ancaman degradasi mangrove dapat mencapai 26.000 hektare.
“Ancaman degradasi mangrove terutama akibat konversi untuk penggunaan lain seperti tambak,” kata Satyawan saat menyampaikan pidato kunci pada diskusi panel bertajuk “Joint Efforts to Preserve Mangrove Ecosystems” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Sabtu, 16 November 2024.
Indonesia memiliki ekosistem mangrove seluas 3,44 juta hektare atau setara dengan 23% dari ekosistem mangrove dunia. Selain itu ada potensi ekosistem mangrove seluas 739.792 hektare.
Satyawan mengingatkan mangrove memiliki peran ekosistem yang sangat besar mulai dari mencegah abrasi dan intrusi air laut hingga menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah yang sangat besar. Mangrove, kata Satyawan juga berperan penting dalam sosial ekonomi karena menjadi sumber mata pencaharian misalnya melalui sektor perikanan dan ekowisata.
Satyawan mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk merestorasi dan melindungi ekosistem mangrove. Hal itu diantaranya ditandai dengan pembentukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan diluncurkannya inisiatif untuk merehabilitasi 600.000 hektare mangrove saat pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Upaya restorasi mangrove sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak,” kata Satyawan.
Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wening Wulandari mengatakan, pihaknya menyiapkan standard untuk mendukung restorasi dan perlindungan mangrove. Standard yang disiapkan diantaranya adalah tentang benih dan bibit, pemetaan, hingga pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada ekosistem mangrove.
Head of Landscape Conservation & Environment, APP Group Jasmine NP Doloksaribu mengungkapkan APP Group berkomitmen untuk terlibat dalam restorasi dan konservasi ekosistem mangrove. Hal itu merupakan bagian dari implementasi Sustainability Roadmap Vision 2030 APP Group.
Menurut Jasmine, APP Group melakukan perlindungan dan konservasi hutan alam yang ada di dalam konsesi seluas lebih dari 500 ribu hektare.
Di luar konsesi, APP juga melakukan dukungan untuk merestorasi hutan, termasuk mangrove. “Sejak tahun 2010, APP telah menanam lebih dari 550 ribu batang mangrove setara 399 hektare di berbagai lokasi di Indonesia,” kata Jasmine.
Salah satu pendekatan yang dilakukan APP Group dalam restorasi mangrove adalah Shrimp Carbon Aquaculture yang mengimplementasikan pola dengan menanam mangrove pada tambak udang dengan teknik agrosilvofishery di tiga desa yang berada di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Menurut Jasmine, APP Group menjalin kemitraan dengan sejumlah lembaga untuk memacu restorasi mangrove dan membentuk Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA). ***