Selasa, 22 Oktober 2024

Industri Kayu dan Furnitur Rawan Terdampak Gagal Bayar Utang Amerika Serikat

Latest

- Advertisement -spot_img

Industri kayu dan furnitur menjadi salah satu yang rawan terdampak dari situasi gagal bayar Amerika Serikat (AS).

Saat ini situasi keuangan di AS memang sedang genting. Pasalnya, utang AS saat ini disebut telah mencapai batas atau senilai 31,4 triliun dolar AS. Angka tersebut setara dengan kurang lebih Rp461.000 triliun (kurs Rp 15.000).

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan, AS dapat dinyatakan gagal bayar utang paling cepat pada 1 Juni 2023. Hal tersebut akan terjadi ketika Kongres AS tidak menaikkan atau menangguhkan otoritas pinjaman negara sebelum tenggat tersebut.

Kalau tidak teratasi, Yellen mengatakan, hal tersebut berpotensi memunculkan krisis keuangan global.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menuturkan, industri kayu dan produk kayu, furnitur, serta elektrik, alas kaki, karet dan produk karet, merupakan industri ekspor strategis ke pasar AS

Kinerja industri-industri tersebut memiliki andil dalam memengaruhi perekonomian nasional. Artinya, jika kondisi gagal bayar utang AS berlarut-larut hingga menjadi resesi, maka akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara general.

Tauhid pun mengingatkan pemerintah menyiapkan langkah antisipasi terkait dampak gagal bayar utang AS.

“Kalau AS tidak membayar utangnya, pasti resesinya akan makin buruk dan otomatis kita terdampak. Ini harus diperhatikan,” kata Tauhid dalam diskusi Indef yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin, 8 Mei 2023.

Dia menjelaskan sektor ekspor-impor yang menunjukkan bagaimana pengaruh AS terhadap perekonomian Indonesia.

Tauhid menampilkan data ekspor-impor nonmigas Kementerian Perdagangan yang memperlihatkan bahwa ekspor ke AS menunjukkan penurunan sementara impor mengalami peningkatan.

Ekspor nonmigas ke AS, sebagai salah satu mitra dagang utama, pada Januari hingga Februari 2022 tercatat sebesar 4,9 miliar dolar AS.

Kemudian, nilainya turun 22,14% menjadi 3,5 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun 2023. Sementara itu, kontribusi ekspor AS terhadap kinerja ekspor Indonesia sebesar 9,41%.

Di sisi lain, impor dari AS ke Indonesia mengalami kenaikan sebesar 20,13%, yakni yang sebelumnya sebesar 1,12 miliar dolar AS pada Januari hingga Februari 2022 lalu naik menjadi 1,35 miliar dolar AS pada periode yang sama setahun setelahnya.

Tauhid menambahkan dampak ekspor-impor AS juga terlihat pada kinerja sejumlah industri strategis yang memiliki andil untuk mempengaruhi ekonomi nasional. Industri tersebut adalah elektrik, alas kaki, karet dan produk karet, furnitur, ikan, serta kayu dan produk
kayu.

Artinya, katanya, resesi di AS memungkinkan untuk memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara general.

“Jadi, kita harus hati-hati. Bukan hanya soal utang, tapi ekonomi secara umum yang sudah menunjukkan peran signifikan AS ke kita,” ujar Tauhid.

Dalam konteks itu, Indef merekomendasikan pemerintah untuk mengurangi dependensi Indonesia terhadap perekonomian AS, misalnya dengan diversifikasi kerja sama perdagangan dan investasi.

Indef juga menyarankan agar Bank Indonesia (BI) dapat mempersiapkan langkah antisipasi sehingga bisa merespons secara cepat ketika AS gagal membayar utang. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles