Ekspor produk kayu Indonesia terus melanjutkan tren positif meski pasar China saat ini mengalami pelemahan akibat melambatnya perekonomian Negeri Tirai Bambu itu.
Berdasarkan Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Rabu, 7 September 2022, yang diolah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), ekspor produk kayu berbagai jenis sepanjang Januari-Agustus 2022 mencapai 9,75 miliar dolar AS.
Ini berarti ekspor produk kayu Indonesia mengalami kenaikan sebesar 14,1% dibandingkan catatan 8,55 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun 20221 lalu (year on year/yoy).
Dibandingkan total ekspor pada tahun 2021 yang mencapai 13,57 miliar dolar AS, ekspor pada tahun 2022 sudah mencapai 71,9%.
Tiga produk yang berkontribusi paling besar pada ekspor tahun 2022 adalah kertas dengan nilai ekspor 2,81 miliar dolar AS, pulp (2,25 miliar dolar AS), dan panel kayu (2,11 miliar dolar AS).
Sementara ekspor produk furniture juga terus meroket dan tercatat sebesar 1,68 miliar dolar AS atau sudah naik hingga 28% dibandingkan tahun lalu.
Peningkatan ekspor terjadi ketika pasar utama produk kayu Indonesia yaitu China, sedang mengalami pelemahan akibat melambatnya perekonomian dan kebijakan nol Covid-19 yang membuat sejumlah pusat produksi harus di-lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona.
Ekspor ke China tercatat turun 17,1% menjadi 2,08 miliar dolar dari sebelumnya 2,51 miliar dolar pada Januari-Agustus 2021.
Perlambatan ekonomi sejatinya tidak hanya terjadi di China saja, meski demikian sejumlah Negara yang menjadi pasar utama produk kayu Indonesia terlihat masih menjanjikan.
Jepang misalnya, ekspor produk kayu Indonesia ke Negeri Matahari Terbit itu pada Januari 2022 tercatat sebesar 1,04 miliar dolar AS naik sebesar 20% dari tahun 2021.
Sementara ekspor ke Amerika Serikat sebesar 1,63 miliar dolar AS naik 15%, dan ekspor ke Uni Eropa+Inggris naik menjadi 868,4 juta dolar AS naik 17%.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto mengatakan meski pasar China mengalami sedikit perlambatan namun dia optimis tren positif bisa dipertahankan. “Semoga ekspor bisa menyamai tahun 2021 lalu,” katanya.
Menurut Agus krisis Rusia-Ukraina memang memberi dampak pada perdagangan global. Namun untuk produk kayu Indonesia, sejauh ini krisis tersebut ikut member dampak positif. Krisis Rusia-Ukraina membuat sejumlah Negara mengembargo produk-produk Rusia, termasuk produk kayu. Ini membuat ada celah pasar yang bisa dimasuki oleh produk kayu Indonesia.
Agus cukup optimis tren positif ekspor produk kayu bisa dipertahankan. Apalagi sejumlah Negara konsumen punya kebijakan dalam pemanfaatan produk kayu.
Jepang misalnya, Negeri Matahari Terbit itu diketahui sedang menyiapkan regulasi yang mewajibkan struktur bangunan memanfaatkan produk kayu. Hal itu bagian dari kebijakan dekabornisasi karena penggunaan beton dan baja dinilai lebih tinggi emisi karbon yang berdampak pada perubahan iklim.
“Penggunaan kayu juga dinilai lebih tahan gempa,” kata Agus.
Menurut Agus dalam Indonesia-Japan Forestry Investment Dialog pada 1-5 Agustus 2022 yang berlangsung marathon di sejumlah Kota di Jepang, sejumlah pelaku usaha Jepang sudah menyatakan minatnya untuk meningkatkan pemanfaatan produk kayu Indonesia.
Agus memandang saat ini adalah saat yang tepat untuk menggenjot pemanfaatan kayu lestari dari hulu hingga hilir. Untuk itu perlu dukungan dari semua pihak agar investasi kehutanan di hulu bisa tumbuh dan investasi di hilir bisa bergerak. “Bergeraknya investasi kehutanan hulu-hilir akan membuka peluang kerja,” katanya. ***