Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengatakan awal musim kemarau sudah dimulai di Sumatera dan sejumlah wilayah di Indonesia.
Untuk itu perlu dilakukan antisipasi munculnya kebakaran hutan dan lahan yang bisa memicu bencana kabut asap.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mulai menggelar operasi hujan buatan (Teknologi Modifikasi Cuaca/TMC) untuk merespons fenomena itu.
“TMC merupakan salah satu teknologi alternatif sebagai salah satu upaya yang diandalkan dalam melakukan mitigasi bencana karhutla,” kata Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto saat peluncuran operasi TMC untuk wilayah Sumatera Selatan dan Jambi, Senin 23 Mei 2022.
Posko operasi TMC wilayah Sumsel dan Jambi berada di Lanud Sri Mulyono Herlambang, Palembang, Sumatera Selatan. Sebelumnya BRIN juga sudah meluncurkan operasi TMC untuk wilayah Riau di Pekanbaru.
Menurut Yan, Sumatera Selatan dan Jambi termasuk wilayah yang rawan karhutla. Dia mengingatkan, karhutla dan bencana kabut asap perlu perhatian khusus karena terjadi berulang dan dalam periode yang panjang yang berakibat pada kerugian yang luas dari sisi ekonomi dan sosial.
“Perlu langkah mitigasi untuk mereduksi munculnya hotspot di Jambi-Sumsel yang rawan karhutla, dengan menerapkan TMC,” kata Yan.
TMC dilakukan di awal musim kemarau untuk pembasahan gambut sehingga saat kemarau tidak kering dan mudah terbakar. “TMC yang dilakukan melalui TMC dinilai cukup berhasil mencegah bencana kabut asap lintas batas dan berkontribusi pada upaya pencegahan perubahan iklim,” katanya.
Operasi TMC di Sumsel dan Jambi mendapat dukungan dari berbagai pihak salah satunya pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) PT Wira Karya Sakti (APP Sinar Mas) dan mitra-mitranya.
Direktur PT WKS Agus Wahyudi mengatakan pihaknya sudah mendukung operasi TMC selama dua tahun berturut-turut dan hasilnya hot spot dan fire spot jauh lebih rendah.
“Kami berkomitmen pencegahan karhutla di dalam maupun di luar areal kami dengan memberikan dukungan teknis, sosial, SDM, sarana dan prasarana, seiring dengan program Desa Mandiri Peduli Api (DMPA) yang kami laksanakan,” kata Agus.
Agus berharap dukungan yang diberikan PT WKS (APP SInar Mas) bisa mendukung Presidensi Indonesia di G20 yang bebas asap karhutla.
Sementara itu Sekjen Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Poerwadi Soeprihanto mengatakan pencegahan karhutla akan berdampak positif pada tercapainya komitmen Indonesia FOLU Net Sink pada tahun 2030.
Indonesia FOLU Net Sink adalah komitmen untuk mencapai kondisi dimana pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Use/FOLU) penyerapan emisi gas rumah kaca (GRK) sudah seimbang atau lebih banyak dibandingkan emisinya di tahun 2030.
“Semoga Indonesia FOLU Net SInk bisa terus berprogres sebagai kontribusi Indonesia dalam pencegahan perubahan iklim global,” kat Poerwadi.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan, gejala peningkatan luas karhutla pada periode Januari-April tahun ini untuk wilayah Sumsel-Jambi.
Menurut Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Karhutla KLHK Ferdian Krisnanto, peningkatan hot spot justru terjadi bukan di wilayah yang sebelumnya merupakan langganan karhutla.
Hal itu, kata dia, menjadi pertanda kondisi lahan gambut yang dulu jadi langganan kebakaran kini sudah lebih baik. ***