Selasa, 5 Desember 2023

N-250 Gatotkoco: Pembuktian Kemampuan Anak Bangsa

Latest

- Advertisement -spot_img

Oleh: Indroyono Soesilo (Menko Kemaritiman RI, 2014-2015, Profesor Riset BPPT, 1995-2021)

Profesor Indroyono Soesilo

Pagi itu, 10 Agustus 1995, angkasa kota Bandung menjadi saksi sejarah sukses terbang perdana pesawat penumpang hasil rancang-bangun anak bangsa dengan teknologi avionik mutakhir pada jamannya, “fly by wire”, yaitu pesawat N-250 PA-1 Gatotkoco, menempatkan Indonesia di dalam segelintir negara di Dunia yang mampu merancang-bangun produk teknologi tinggi secara mandiri. Upaya kerja keras selama 20 tahun membuahkan hasil dan 10 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).

Melalui filosofi ”Berawal di Akhir, Berakhir di Awal”atau “Reverse Engineering”, pengembangan iptek dan inovasi Nasional dipacu. Filosofi ini, yang diarsiteki BJ Habibie, dan dijabarkan dalam empat tahapan transformasi teknologi dapat diterapkan di berbagai jenis industri di Indonesia, dengan sasaran memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu dan membuka lapangan kerja, baru kemudian diekspor.

Latar belakang Habibie sebagai seorang Insinyur tentu perlu pembuktian nyata. Disinilah kemudian, konsep di atas direalisasikan pada pembangunan industri pesawat terbang di tanah air, sebuah industri yang amat ia kuasai dan diharapkan dapat direplikasikan pada industri-industri lain di dalam negeri.

Transformasi teknologi tahap I mencakup pembuatan pesawat terbang secara perakitan melalui lisensi dan menghasilkan pesawat angkut CN-212 Aviocar dan helikopter NBO-105 Bolkow. Pada tahapan ini, para insinyur dan teknisi domestik sudah mulai menguasai teknologi pesawat terbang dan telah mendapatkan penghasilkan lewat akumulasi jam kerja.

Kemudian, transformasi teknologi tahap ke-II dimulai dengan memberikan nilai tambah dan menjejalkan kandungan lokal pada produk-produk teknologi yang dibuat, serta meningkatkan jumlah jam kerja domestik pada setiap produk yang dihasilkan. Munculah pesawat CN-235 Tetuko dan Indonesia juga mulai mampu membuat helikopter ukuran lebih besar jenis NAS-332 Super Puma. Produk teknologi tahap I dan tahap II juga sudah bergerak memasuki pasar, baik domestik maupun ekspor.

- Advertisement -spot_img

More Articles