Begitu Dunia memasuki sistem teknologi internet generasi kelima atau 5G, maka konvergensi konektivitas sistem komunikasi satelit dan sistem komunikasi terestris di Bumi akan terjadi, sehingga seluruh infrastruktur sistem komunikasi satelit dan sistem komunikasi terestris di bumi dapat dimanfaatkan secara optimal, saling mendukung, saling melengkapi dan akan semakin effisien.
Pemanfaatannya lebih pada aplikasi sesuai proritas, seperti sistem informasi cuaca, sistem informasi geografis, sistem informasi digital, sistem komunikasi kuantum, Artificial Intelligence hingga Internet of Things (IoT). Karena seluruh Dunia tengah bergerak ke aplikasi 5G, maka ahli-ahli Indonesia juga bisa terlibat pada perkembangan teknologi ini mengingat orang Indonesia dikenal memiliki nilai kreativitas yang tinggi.
Demikian kesimpulan Diskusi Center For Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu 12 Juni 2024, yang mengambil topik: Satellite In Converging Infrastructure”. Berbicara pada Diskusi CTIS ini, Dr Anggoro K. Widiawan, Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) yang juga Doktor Alumnus Universitas Surrey, Inggris.
Bertindak sebagai moderator, Dr Agustan, Ketua Komite Teknologi Penginderaan Jauh CTIS, yang juga Ketua Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN).
Menurut Anggoro teknologi satelit akan selalu menjadi penjuru di depan dan selalu mampu membuat terobosan teknologi. Ia menyampaikan pula, sejak awal penerapan satelit komunikasi di Dunia, maka Indonesia juga selalu tampil di depan.
Satelit komunikasi pertama bernama Comsat, beroperasi tahun 1965 dan hanya dalam tempo satu dekade, pada 1976, Indonesia sudah meluncurkan Satelit Palapa A-1 untuk menghubungkan jaringan komunikasi pulau-pulau Nusantara. Perkembangan teknologi serat optik pada awal dekade 1980-an telah memacu sangat cepat sistem konektivitas telekomunikasi terestris di bumi dan meninggalkan sistem konektivitas telekomunikasi satelit.
Anggoro menyatakan bahwa saat ini pangsa sistem konektivitas satelit komunikasi tinggal 4%, sedang sistem komunikasi terestris di Bumi mencapai 96%. Diprakirakan, penggunaan sistem konektivitas satelit komunikasi akan meningkat lagi dengan beroperasinya ribuan satelit internet di orbit rendah (Low Earth Orbit – LEO) seperti Starlink.
Data dari Kementerian Kominfo (2023) memperlihatkan bahwa infrastruktur telekomunikasi di Indonesia sudah lengkap terbangun. Saat ini beroperasi 610.581 Base Transceiver Stations (BTS), 835 ribu Kilometer Kabel Serat Optik, 10 satelit komunikasi aktif dan ada 221.5 juta pengguna internet, atau sekitar 76% Penduduk Indonesia. Jaringan Komunikasi Palapa Ring juga sudah selesai dibangun pada tahun 2019 lalu.
Kehadiran infrastruktur komunikasi yang sudah lengkap di Indonesia ini tentu akan menjadikan sistem konektivitas komunikasi semakin handal dan semakin efisien. Oleh sebab itu, Indonesia perlu bergerak kearah penerapan teknologi internet yang lebih maju, seperti jasa internet untuk sistem komunikasi generasi kelima atau 5G, bahkan bersiap merintis ke sistem komunikasi generasi keenam, yaitu 6G.
Menurut Anggoro, inilah kesempatan bagi ahli ahli Indonesia untuk terjun ke bidang bidang seperti Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Quantum Communication, Quantum Sensing, sistem informasi geografis, sistem informasi digital hingga office automation, factory automation, mobil tanpa pengemudi , sistem transportasi logistik menggunakan pesawat nir-awak (Drone) dan masih banyak lagi kerja kerja kreativitas menggunakan teknologi 5G dan sudah pasti pula menggunakan infrastruktur internet yang disediakan satelit komunikasi dan sarana infrastruktur terestris di Bumi.
Memang, untuk daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (3T) penerapan sistem komunikasi satelit lebih cocok, tapi untuk daerah perkotaan, di dalam mall, gedung, hanggar serta di pabrik pabrik, maka sistem infrastruktur komunikasi terestris lebih didepan. Di luar itu semua, yang lebih utama adalah pengembangan teknologi informasi mutakhir dengan memanfaatkan sistem komunikasi 5G bahkan 6G yang disediakan infrastruktur satelit komunikasi dan infrastruktur komunikasi terestris. Disinilah konvergensi akan terjadi dan disini pula Indonesia bisa terlibat aktif.
Tinggal dibuat pembagian tugas, Pemerintah yang menyusun Peta Jalan Industri Komunikasi dan Informatika, sedang penerapannya dalam IoT, AI, digital communication dan lain lain, digarap oleh para ahli di lembaga lembaga riset, di universitas unversitas dan di industri industri melalui penerapan program program prioritas yang sudah digariskan oleh Peta Jalan tadi. ***