Senin, 2 Desember 2024

Ini Komoditas Rempah dan Obat Unggul untuk Multi Usaha Kehutanan, Simak Pemaparan Balitro

Latest

- Advertisement -spot_img

Implementasi model bisnis multi usaha kehutanan di areal Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan komoditas non kehutanan dengan pola agroforestry. Salah satu yang layak untuk dilirik adalah tanaman rempah dan obat.

Kepala Balai Penelitian Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian Evi Savitri Iriani, tanaman rempah dan obat sangat potesial sebagai bahan baku minyak atsiri.

“Penggunaannya terutama untuk wewangian, kesehatan, dan kuliner,” kata dia saat Business Workshop Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam Indonesia  untuk Obat Tradisional dan Modern yang diselenggarakan Kadin Indonesia, di Jakarta, Selasa 20 Desember 2022.

Berdasarkan data Dewan Atsiri Indonesia, ekspor tahunan minyak atsiri Indonesia lebih dari 400 juta dolar AS. Berdasarkan riset, nilai pasar global minyak atsiri untuk wewangian saja mencapai 1,6 miliar dolar pada tahun 2020. Nilainya diperkirakan meroket hingga 3,8 miliar dolar pada tahun 2028.

Menurut Evi, sebagai negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, Indonesia memiliki banyak tanaman rempah dan obat untuk bahan baku minyak atsiri yang sudah dimanfaatkan dan  

Untuk tanaman rempah, diantaranya adalah cengkeh, pala, kapulaga, dan vanili. Sementara untuk tanaman obat ada diantaranya ada jahe, kencur, adas, dan jeruk purut.

Untuk tanaman hias, ada mawar, lavender, dan sedap malam. Untuk tanaman kehutanan ada gaharu, masoi, cendana, dan kemenyan. Selain itu ada juga tanaman aromatik yaitu serai wangi, akar wangi, kayu putih, dan nilam.

Menurut Evi, Balitro telah menghasilkan varietas tanaman rempah dan obat unggul yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk tanaman pala ada varietas Ternate 1, Tidore 1, dan Fakfak. Untuk tanaman lada ada variestas Natar 1, Malonan, dan Nyelungkup.

Untuk vanili ada variestas Vania 1, Vania 1, dan Alor. Lalu untuk cengkeh ada variestas Gorontalo, Karo, dan Tuni Bursel. Untuk tanaman kayumanis ada Zeyna Agribun1 dan Koerintji.

Sementara untuk jenis tanaman obat, varietas unggul yang telah dihasilkan Balitro diantaranya adalah  jahe merah Jahira 1 dan Jahira 2, lalu ada jahe gajah Cimanggu 1, jahe emprit Halina 1-4, dan kencur Galesia 1,2,3.

Untuk tanaman aromatik, varietas unggul yang sudah dihasilkan Balitro diantaranya nilam Tapak Tuan, nilam Lhokseumawe, dan nilam Patchoulina 1 dan 2. Untuk tanaman serai wangi ada Sitrona 1 dan 2, lalu untuk akar wangi ada variestas Verina 1 dan 2.

Evi mengatakan untuk mendapatkan benih dan bibit unggul tanaman obat dan rempah, masyarakat bisa menghubungi Balitro Kementan.

Sementara itu Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto mengatakan pengembangan tanaman obat di kawasan hutan bisa dilakukan dengan skema multi usaha kehutanan. Dia menjelaskan multi usaha kehutanan mendorong PBPH untuk mengoptimalkan potensi kawasan hutan.

“Multi usaha kehutanan menjadi entry strategy untuk optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan dan perbaikan iklim investasi,” katanya.

Agus mengungkapkan salah satu perusahaan PBPH di Sumatera Utara yang mengimplementasikan multi usaha kehutanan bisa menghasilan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hanya dari areal pengelolaan seluas 70 hektare dengan mengelola peternakan dengan pola silvopastura.

Agus pun mendorong agar lebih banyak lagi PBPH yang mengimplementasikan multi usaha kehutanan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada termasuk tanaman obat. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles