Jumat, 26 Juli 2024

Indonesia Ingatkan Pentingnya NDC yang Lebih Ambisus dalam Aksi Iklim

Latest

- Advertisement -spot_img

Indonesia siap berbagi pengalaman dan saling belajar dengan Negara lain dalam pengurangan emisi gas rumah kaca yang lebih ambisius untuk pengendalian perubahan iklim

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, laporan terbaru UNFCCC menunjukkan bahwa target pengurangan emisi gas rumah kaca yang dicanangkan masing-masing Negara pihak dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) perlu ditingkatkan.

“Adanya laporan tersebut dan adanya iptek terbaru harus menjadi referensi bagi Negara-negara pihak untuk memperkuat ambisi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan sarana implementasinya,” kata dia saat menyampaikan pidato kunci pada sesi panel bertajuk More Ambitious NDC’s di Paviliun Indonesia COP27 UNFCCC di Sharm El Sheik, Mesir, Minggu, 6 November 2022.

NDC yang lebih ambisius sesungguhnya juga menjadi kesepakatan dari COP26 yang berlangsung di Glasgow tahun 2021 lalu.

Meski demikian, hingga saat ini baru ada sekitar 38 Negara dari 190-an Negara yang sudah memperbarui dan mempaikan dokumen NDC terbarunya ke sekretariat UNFCCC.

Salah satu Negara yang sudah menyampaikan pembaruan dokumen NDC adalah Indonesia.

Dalam dokumen Enhanced NDC, Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi GRK pada tahun 2030 dari 29% menjadi 31,89% dengan upaya sendiri atau dari 41% menjadi 43,20% dengan dukungan Internasional.

Menteri Siti mengatakan dokumen Enhanced NDC dirancang dan disetujui oleh semua Kementerian terkait dengan partisipasi di tingkat sub nasional, pelaku usaha dan masyarakat.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dewanthi menjelaskan dokumen Enhanced NDC Indonesia menegaskan pentingnya aksi adaptasi seperti halnya aksi mitigasi untuk pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ketahanan ekosistem.

Dalam dokumen tersebut, Indonesia diantaranya memperbarui kebijakan tentang FOLU Net Sink 2030 yaitu kondisi dimana tingkat penyerapan GRK di sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah lebih tinggi atau setidaknya seimbang dibandingkan emisinya.

Di sektor kehutanan Indonesia juga sudah memperbarui Strategi Nasional REDD+ yang akan memperkuat upaya mencapai target tingkat emisi  GRK minus 140 juta ton GRK setara CO2 di tahun 2030.

Pengurangan emisi GRK di sektor kehutanan dan penggunaan lahan menjadi salah satu pondasi untuk mencapai target Net Zero Emission tahun 2060 atau lebih cepat yang sudah dituangkan dalam dokumen Long-Term Strategy of Low Carbon and Climate Resilience 2050.

Laksmi memaparkan dokumen Enhanced NDC meningkatkan komitmen pengurangan emisi, memperbaiki program, strategi dan aksi mitigasi, adaptasi, kerangka transparansi, dan penyiapan sarana implementasi termasuk melalui Nilai Ekonomi Karbon (Carbon Pricing).

Ali Abo Sena, CEO Badan Lingkungan Hidup Mesir mengungkapkan Mesir juga sudah melakukan pembaruan NDC dan menargetkan pengurangan emisi GRK sebanyak 70 juta ton atau setara 33% di tahun 2030.

Target tersebut akan dicapai dengan berbagai langkah diantaranya meningkatkan penggunaan energi terbarukan misalnya dengan tenaga surya.

Dalam dokumen NDC-nya, Mesir juga memastikan akan melakukan pengurangan emisi GRK di sektor energi berbasis fosil dengan target 1,6 juta ton CO2 di tahun 2030 atau setara 65%.

Ken O’Flaherty, COP26 Regional Ambassador to Asia-Pacific and South Asia, Kerajaan Inggris mengingatkan pentingnya pemerintah melibatkan akademisi, CSO, dan pelaku usaha dalam pembaruan NDC sehingga target yang dicanangkan bisa tercapai.

Cecilia Nicolini, State Secretary of Climate Change, Sustainable Development and Innovation Kementerian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Argentina mengajak semua Negara untuk bekerja sama dalam pengurangan emisi GRK.

Meski hanya berkontribusi pada 0,7 emisi GRK global, Cecilian mengatakan Argentina berkomitmen untuk melakukan aksi-aksi pengendalian perubahan iklim. ***

More Articles