Pemanfaatan jaringan listrik Super Grid dan Smart Grid dinilai sangat vital untuk menyokong transisi energi bersih di Indonesia dan wilayah sekitar sehingga mendukung upaya pengurangan emisi karbon yang lebih luas.
Demikian terungkap saat diskusi bertajuk “Super Grid and Smart Grid: Connecting the Dots, Embracing Intermittency” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Senin, 18 November 2024.
“Super Grid dan Smart Grid adalah titik kritis untuk membangun energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia,” kata Asisten Deputi Utilitas dan Industri Manufaktur Kementerian Perekonomian, Sunandar.
Dia mengingatkan, program transisi energi bukan hanya sekadar pengurangan emisi karbon. Melainkan juga untuk menciptakan sistem interkoneksi energi yang handal sehingga mampu mencukupi pembangunan ekonomi dengan tetap menjaga integritas lingkungan.
“Dengan target Net Zero Emission, maka kebutuhan interkoneksi yang stabil dan berkelanjutan semakin dibutuhkan,” katanya.
Super Grid, kata Sunandar, menghubungkan sumber-sumber energi terbarukan antar wilayah, bahkan antara negara, memastikan stabilitas pasokan energi dan meningkatkan ketahanan energi.
Sementara Smart Grid, akan secara pintar dan efektif untuk mengalirkan energi menjawab tantangan intermitensi dan menjaga kehandalan suplai energi.
Sunandar menekankan bagi Indonesia yang memiliki potensi energi baru dan terbarukan sangat besar, pemanfaatan Super Grid dan Smart Grid sangat penting.
“Sebagai pusat energi baru dan terbarukan, kita harus memastikan jaringan listrik yang terintegrasi secara nasional, bahkan regional,” katanya.
Sunandar memastikan pemerintah mendukung pengembangan Super Grid dan Smart Grid. Dia juga mengundang kolaborasi dari berbagai pihak agar upaya mendukung transisi energi melalui jaringan listrik yang terintegrasi dan handal dapat terlaksana.
Sementara itu Wakil Presiden Eksekutif Perencanaan Sistem Listrik PLN, Warsono M. Martono menegaskan komitmennya untuk membangun Super Grid dan Smart Grid. Dia menjelaskan, PLN telah menyiapkan rencana penyediaan listrik berbasis energi baru dan terbarukan sehingga 28 GW sampai 2040 mendatang.
“Dibutuhkan transmisi yang panjangnya mencapai 70.000 kilometer untuk menghubungkan listrik yang disediakan ke seluruh penjuru nusantara,” kata dia.
Menurut Warsono, dengan super grid PLN dapat menghubungkan jaringan listrik di seluruh Nusantara, meningkatkan penetrasi energi terbarukan, dan memperkuat keandalan sistem.
Warsono berharap COP29 dapat menghasilkan kesepakatan konkret yang dapat mendorong negara-negara maju untuk memberikan dukungan lebih besar kepada negara-negara berkembang dalam upaya transisi energi.
“Kami berharap kerja sama internasional ini dapat mempercepat pencapaian target net zero emission di Indonesia,” harapnya
Sementara itu Deputy Head, Just Energy Transition Partnership (JETP) Secretariat Elrika Hamdi mengatakan pihaknya telah berkomitmen untuk menyalurkan pembiayaan transisi energi berkeadilan di Indonesia senilai 21,6 miliar dolar AS. Dana tersebut terdiri 11,6 miliar dolar AS dari negara yang tergabung dalam International Partners Group (IPG) dan USD 10 Miliar dari bank komersial pembiayaan swasta dari 7 bank-bank Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
“Hingga saat ini sekitar USD 1 miliar dari pendanaan JETP telah disetujui. Dari jumlah tersebut, USD 200 juta berupa hibah, sementara USD 831 juta dolar dalam bentuk pinjaman atau ekuitas,” kata Elrika. ***