Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C. mendorong penguatan investasi Indonesia di bidang terapi berbasis bioteknologi melalui webinar bertajuk “Does Indonesia need to invest in biotechnology-derived therapeutics?” yang menghadirkan Prof. Dr. Teruna J. Siahaan, Aya & Takeru Higuchi Distinguished Professor dari University of Kansas, dengan sambutan pembuka oleh Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Prof. Dr. Ir. Dwi Indroyono Soesilo, M.Sc.
Dalam paparannya, Prof. Teruna menekankan pentingnya investasi pada riset bioteknologi untuk memperkuat ketahanan kesehatan nasional, mendorong kemandirian farmasi, serta menciptakan lapangan kerja dan kolaborasi antara universitas dan industri.
Ia juga dikenal atas kontribusinya dalam pengembangan obat-obat pemusnah sel kanker serta kerja sama riset dengan Perguruan Tinggi di Indonesia seperti UNPAD, UGM dan UI. Prof. Teruna turut membimbing mahasiswa Magister dan Doktor asal Indonesia di bidang farmakologi, bio-farma, dan bio-kimia di berbagai universitas di Amerika Serikat.
Webinar yang diikuti lebih dari 200 ilmuwan bioteknologi Indonesia–AS itu juga dihadiri perwakilan industri farmasi nasional seperti Bio Farma, Kimia Farma, dan Kalbe Farma, yang menyatakan dukungan terhadap kerja sama riset dan pengembangan bioteknologi RI–AS.
Usulan pemanfaatan insentif pajak 300% bagi perusahaan yang melakukan kegiatan riset disambut positif oleh Dr. Fauzan Adziman, S.T., M.Eng. Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek dan Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, yang menegaskan dukungan terhadap riset dasar dan terapan di bidang bioteknologi.
Duta Besar Indroyono Soesilo dalam sambutannya menyampaikan bahwa KBRI Washington, D.C. akan terus memperkuat diplomasi ilmu pengetahuan dan inovasi untuk mendukung kemandirian riset dan industri kesehatan Indonesia.
“Kolaborasi antara lembaga penelitian, industri, dan universitas menjadi kunci bagi masa depan kesehatan dan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
***



