
Oleh: Ariyanto (Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
Usai acara sosialisasi, pembagian 19.346 bibit gratis dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Pemali Jratun, dan penanaman pohon di Brebes dan Tegal pada 13-14 Juli 2022, saya menyempatkan diri melihat kondisi mangrove di Brebes. Beberapa tahun lalu jajaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menanam mangrove di daerah Wanasari. Hasilnya cukup bagus. Tumbuh subur. Sudah setinggi orang dewasa.
Dulu, daerah Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, sudah ada ekosistem mangrove alami. Namun, seiring pergeseran zaman, dikembangkan tambak udang windu besar-besaran yang mengubah mangrove menjadi tambak-tambak yang sangat banyak. Udang windu tidak bertahan lama. Tambak-tambak ditinggalkan dan mangrove terlanjur rusak. Padahal, waktu itu ikan banyak dari mangrove. Masyarakat kehilangan mata pencaharian.
Kini timbul kesadaran di kalangan masyarakat. Dengan sosialisasi penyadaran terus menerus dan kegiatan-kegiatan tanam mangrove dari berbagai elemen, maka tumbuh kembali ekosistem mangrove yang sekarang ini ada di Desa Sawojajar, Wanasari, Brebes. Sedangkan Pulau Cemara berasal dari tanah timbul yang kemudian ditanam mangrove dan cemara untuk mempertahankan keberadaannya dan menjadi wisata mangrove. Kegiatan-kegiatan yang ada di Pulau Cemara antara lain rehabilitasi mangrove BPDASHL Pemali Jratun.
Kegiatan rehabilitasi mangrove, BPDASHL Pemali Jratun, Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Pulau Cemara, Desa Sawojajar, Kec. Wanasari, Kab. Brebes, dilakukan mulai 2019.
Penanaman mangrove bersama Oase pada 2019 sebanyak 10.000 batang, tanaman kebun Bibit Rakyat pada 2019 sebanyak 70.000 batang, penanaman bersama Forum DAS pada 2019 sebanyak 5.000 batang, persemaian Kebun Bibit Rakyat pada 2019 sebanyak 70.000 batang, Padat Karya Mangrove pada 2020 sebanyak 250.000 batang, dan Gerakan Tanam mangrove BPDASHL Pemali Jratun pada 2020 sebanyak 5.000 batang.